Sabtu, 19 Oktober 2013

Merawat Rambut



Bersihkan rambut secara teratur, dua hari sekali atau sehari sekali, sesuai kebutuhanmu, tetapi usahakan teratur.

Gunakan shampo yang tepat. Masalah pada rambut sering muncul akibat salah memilih shampo. Jadi ada baiknya mengganti shampo yang cocok dengan rambut kita.

Konsumsi makanan bergizi. Rambut sehat memerlukan asupan nutrisi yang baik. Vitamin B kompleks, misalnya. Jika asupan vitamin tersebut kurang, hal itu dapat menyebabkan rambut kusam, juga tumbuh suburnya ketombe. Sementara itu, vitamin C dapat menjaga kekuatan akar rambut. Ingat, akar rambut berperan dalam kesehatan rambut secara keseluruhan. Selain itu, dapat juga dengan menambah suplemen asam folat.

Pastikan rambut kering sebelum berkerudung. Jangan biarkan basah karena rambut yang terlalu lembab bisa menjadi pemicu munculnya ketombe atau masalah kulit rambut lainnya.

Jangan mengikat rambut terlalu kencang. Ikatan yang longgar memberi kesempatan rambut untuk bernafas.

#StylishWithSimpleHijab

FMNstyle



Vol. 06. Hype Act:

 Many conflicts to let go, don’t let those crush you alive or you’ll lose. Life is pretty much a game to win. Struggle to the final stage, with best result.
“to Allah. Ask for forgiveness and health.” – Rasulullah Muhammad 

Vol. 04. Authentic Summer :

“Who made the earth a resting place for you and the heaven a canopy and Who sends down rain from the cloud then brings forth with it subsistence for you of the fruits, therefore do set up rivals to Allah while you know” (Al-Baqarah : 22)
“He has created the heavens and the earth with the truth. He it is Who wraps the night. He has so subjected the sun and the moon that each is moving till appointed time.”
He is the All-Mighty, the All-Forgiving. (Az-Zunar : 5)

Vol. 05. Fitr Faith:

Say : “With Allah is the perfect proof and argument, had He so willed, He would indeed have guided you all.” (QS. Al-An’am : 149)

#StylishWithSimpleHijab

Hanya Isyarat



Kucoba semua, segala cara
Kau membelakangiku
Kunikmati bayangmu
Itulah saja cara yang bisa
Untuk kumenghayatimu
Untuk mencintaimu
Sesaat dunia jadi tiada
Hanya diriku yang mengamatimu
Dan dirimu yang jauh di sana
Ku takkan bisa lindungi hati
Jangan pernah kau tatapkan wajahmu
Bantulah aku semampumu
Rasakanlah, isyarat yang sanggup kau rasa
Tanpa perlu kau sentuh
Rasakanlah, harapan impian
Yang hidup hanya untuk sekejap
Rasakanlah, langit hujan detak hangat nafasku
Rasakanlah, isyarat yang mampu kau tangkap
Tanpa perlu kuucap
Rasakanlah, air ,udara ,bulan , bintang,
 angin ,malam ,ruang, waktu ,puisi
Itulah saja cara yang bisa

#rectoverso#karyaDeeLestari

Kamis, 17 Oktober 2013

Lirih ~ Chrisye



Kini t’lah kusadari
Dirimu t’lah jauh dari sisi
Ku tau tak mungkin kembali ku raih
Semua hanya mimpi
Ingin ku coba lagi
Mengulang yang telah terjadi
Tetapi semua sudah tak berarti
Kau tinggal pergi

Adakah kau mengerti kasih
Rindu hati ini
Tanpa kau di sisi
Mungkinkah kau percaya kasih
Bahwa diri ini
Ingin memiliki lagi

Kusadari kembali
Ternyata semua khayal diri
Kini ku tau tak mungkin ada waktu
Untuk mencintaimu lagi

Mungkinkah kau percaya kasih
Bahwa diri ini
Ingin memiliki lagi
Mungkinkah kau percaya kasih
Bahwa diri ini
Ingin memiliki lagi

Senin, 14 Oktober 2013

Sepotong Cookies dan Hujan



“Aku mematung, mendengarkan suara dan petikan gitarnya dalam hujan, ditemani sepotong cookies”.
Pagi itu begitu cerah, tak ada tanda-tanda akan datang hujan. Tik tok...tik tok...tik tok... suara jam dinding terdengar jelas. Riri terbangun, seperti biasa ia langsung bercermin. Umumnya wanita bangun dengan kulit kusut, wajah sayu, serta kulit yang kusam dan lingkaran hitam di mata. Riri tidak ingin terlihat seperti itu, ia selalu ingin rona wajah yang segar, sudah biasa setiap pagi ia membasahi handuk dengan air, memasukkannya dalam lemari es selama tigapuluh menit, kemudian menepuk-nepukkan ke wajah. Ia merasa lebih fresh jika sudah melakukan kebiasaannya itu. Hari pertama masuk sekolah baru, Riri tidak terlihat ceria seperti biasa entah apa yang membuatnya tidak bersemangat. “Selamat pagi anak-anak, mari kita sambut penghuni baru di kerajaan musik kita” Riri sedikit tertawa mendengar ucapan itu. Ia melangkahkan kaki memasuki kelas musik, “Pagi, saya Riri” ia tersenyum, mungkin terlalu singkat untuk sebuah perkenalan, tapi memang begitulah ia, tidak suka basa-basi. Ia perhatikan sekeliling kelas, mencari bangku kosong. Hanya satu, bangku paling belakang. “Selamat datang Ri” kata seorang laki-laki di sebelahnya. “Thank you”. “Kau tidak ingin tahu namaku?” tanyanya, “Katakan saja, akan aku ingat” jawab Riri santai. “Putra”. Riri hanya tersenyum. Waktu berlalu hingga bel berbunyi. Satu hal yang membuat Riri penasaran, Putra begitu pendiam, selama di sekolah ia tak terlihat banyak bicara, yang Riri tahu hari ini Putra hanya berbincang dengannya, itupun sangat singkat. Siang itu Riri mampir di sebuah kafe bernama “Paradoks Cookies”. “Hai Ay, aku sudah tepati janjiku, apa kau akan memberikan wejangan siang?” canda Riri. “Tentu” sambil meletakkan sepotong cookies. Riri membuka lintingan kertas, “Bukan sampul tapi isi” kata Riri. “Ketika kau melihat sesuatu, maka sampul bukanlah sebuah jaminan, buku misal, yang terpenting isinya bukan sampul, orang yang terlihat pendiam belum tentu dia tidak banyak bicara di luar yang tak kita ketahui, mungkin hanya saja dia malas bicara” Aya menjelaskan. “Dan orang yang kurus belum tentu makanya cuma sedikit, bahkan bisa lebih banyak dari orang gemuk” sambung Riri “Ahaha” Riri dan Aya tertawa. Mereka adalah sahabat baru, tetapi dua gadis itu mudah sekali akrab. Aya adalah anak dari pemilik kafe itu. Ia tidak bersekolah, tapi gaya bicara dan pengetahuan Aya tidak kalah dengan teman-teman sebayanya yang bersekolah. Perbincangan mereka terus berlanjut hingga sore hari, Riri sangat betah berada berjam-jam di Paradoks Cookies, karena Aya tidak pernah kehabisan materi. Lagi pula, Aya diizinkan ayahnya untuk menemaniku, dan tugasnya digantikan oleh pelayan lain. Riri harus pulang, “Ay aku pulang dulu, salam untuk pak Frenky, terimakasih cookies gratisnya” kata Riri. “Oke, Ri hati-hati di jalan, jangan ngebut, cukup kencang aja” canda Aya. “Ahaha” sambil melambaikan tangan Riri meninggalkan Paradoks Cookies. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Riri terngiang-ngiang kata-kata Aya. “Aku benar-benar penasaran dengan pria itu, dasar orang aneh” kata Riri. Seminggu ini adalah latihan dan praktek musik, para siswa diharap menciptakan sebuah lagu sederhana kemudian menampilkannya. Riri heran, hari pertama,kedua,ketiga ia tak melihat Putra hadir di kelas. Hari keempat, Riri melihat Putra hadir. “Ke mana saja kau, kau tahu kan praktek itu salah satu penilaian penting” kata Riri. “Ya, aku tahu” jawabnya cuek. “Lalu kenapa kau tak peduli?” “Itu urusanku” jawab Putra sambil meninggalkan kelas. Saat itu juga, Riri benar-benar tidak mengerti, ia tidak akan menanyainya lagi. Waktu berlalu hingga akhirnya tiba saatnya untuk praktek.
“Pahami kata-kataku, Apa kau lihat aku, Apa kau suka aku berdiri di sini, Apa kau perhatikan, Apa ada yang peduli, Bisakah kau bersikap lebih manis, Bisakah kau tidak diam, Berilah aku satu alasan, Sedikit saja sudah cukup, sedetik saja, kita tak hancur hanya bengkok”
Riri menyanyikan lagu ciptaannya, berharap dia akan mendengarkan Riri, mengomentarinya, tapi hasilnya zero, dia tak datang, sesosok pria aneh bernama Putra, pria pendiam dan jutek yang membuatnya penasaran. Teman-teman Riri memberikan tepuk tangan dan pujian, tapi Riri tak peduli, yang ia pikirkan sekarang adalah di mana Putra, kenapa ia tak masuk kelas, tanyanya dalam hati. Semua siswa selesai mempraktekan, saatnya pulang. “Ay aku ingin bertemu denganmu besok, aku datang ke Pakies besok sore ya? Ayahmu pasti mengizinkan kau menemaniku bukan? Riri mengirimkan pesan itu kepada Aya. Sore hari di Paradoks Cookies, hari itu mendung, baju Riri sedikit basah karena ta membawa payung. “Hai Ay” sambil memeluk Aya erat. “Hai, mari duduk, aku sudah siapkan sepotong cookies untukmu” kata Aya. “O iya, ada hal yang perlu aku ceritakan padamu soal Putra” kata Aya. “Apa? Kau mengenalnya? Ah dia sangat menyebalkan” jawab Riri. Belum Aya menjawab, tiba-tiba sesosok pria, membawa gitar, maju kedepan, menyanyikan sebuah lagu, yang belum pernah Riri dengar. “Apa? Itu dia, pria aneh yang menyebalkan, dia bisa? Oh aku tak percaya” kataku.
“Sejak awal kau adalah pencuri, Kau curi hatiku, Dan akulah korbanmu, Korbanmu yang rela”
Begitulah lirik dari lagu yang Putra nyanyikan. Ia kemudian turun, menghampiri Riri. “Apa kau puas” tanya Putra. “Kau memang aneh, memang gila” kataku sambil tertawa. “Apa kau masih sendiri?” ,Riri hanya tersenyum. Terjawablah sudah rasa penasaran Riri itu. “Aku mematung, mendengarkan suara dan petikan gitarnya dalam hujan, ditemani sepotong cookies”. Katanya dalam hati.